Cibinong Arsip : kang Didin
Sang Pendekar Dongeng
Panggilan akrabnya kang
Didin. Di lingkungan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (KAPD) Kabupaten
Bogor, pria muda berbaju bangsawan Sunda lengkap ini dikenal sebagai
Pendekar
Dongeng. Pasalnya, ketika ia mendongeng acap dengan memperagakan jurus-jurus bak
pendekar.
“Koordinasi itu penting.
Kalau suami isteri tidak koordinasi, ya bahaya,” tutur kang Didin di hadapan
Wakil Bupati Bogor Nurhayanti, Kepala KAPD Kab. Bogor, Ferry Adnan dan
para pejabat Pemkab lainnya, di acara rapat koordinasi terbatas (rakortas) di
KAPD Kabupaten Bogor, belum lama ini.
Karena tampil di rakortas,
maka ia mengambil tema koordinasi. Hanya saja soal koordinasi suami isteri.
Sebab, kalau mengangkat tema koordinasi tentang tugas pokok dan fungsi alias
tupoksi, justru dia yang bahaya. Bisa-bisa tahun depan tidak tampil di situ
lagi karena bisa dianggap mencampuri dan
menggurui bosnya.
Pilihan
tema yang tepat menurut kang Didin sangat vital bagi pendekar dongeng seperti
dia. Kesalahan mengambil tema bisa menyebabkan pesan moral dalam dongeng tak
sampai ke audien. Kostum, peragaan, intonasi vokal, juga tak kalah
penting. Sebab, unsur-unsur itu mendukung latar cerita yang dibawakan.
“Kita
harus menjiwai dongeng yang dibawakan agar anak-anak dapat mengikuti cerita dan
menangkap pelajaran di dalamnya,” kata kang Didin.
Menurut para pegawai KAPD
Kab. Bogor, keberadaan kang Didin dirasa penting. Ini bukan karena dia, maaf,
dipandang sebagian orang semacam mahluk langka yang musti dilestarikan. Tapi
bakat dan kompetensinya memang mampu mewakili ikon dan meneruskan tradisi para
tukang dongeng Sunda di masa lalu.
Seperti diketahui tradisi
cerita lisan sangat kuat mengakar dalam masyarakat Sunda. Bahkan sejarah Sunda
di antaranya disusun berdasarkan cerita lisan. Tokoh Prabu Siliwangi yang
melegenda di tatar Sunda mungkin tidak diketahui generasi masa kini tanpa peran
tukang dongeng, mengingat artefak dan catatan sejarahnya sangat sedikit yang
ditemukan.
Tak heran, kang Didin
sampai-sampai dijuluki pendekar dongeng. Keberadaannya tak akan pernah tergerus
zaman. Televisi, gadget dan internet yang pada dasarnya bentuk lain dari
tradisi tutur pun tidak lalu menghapus peran pendekar dongeng. Sebab,
penampilan langsung tak bisa digantikan alat.
“Saya senang dijuluki
pendekar dongeng. Ini semacam gelar kehormatan buat saya,” kata pegawai
outsourcing KAPD Kab. Bogor yang selalu tampil membahagiakan anak-anak dalam
acara story telling dan berbagai pameran maupun even yang
digelar kantor ini. (tf)
keren kang didin,,, banyak orang tua salah mendidik anak.
BalasHapussaya masih harus banyak belajar dr kang didin ni,,,
saya pernah mendengarkan ceramah akang di sanja citereup bogor