Cara Memilih Dongeng Sesuai Usia Anak
Pada usia berapa kita sudah bisa mendongengkan cerita pada anak? Sebenarnya semakin dini, semakin baik, bahkan kita sudah bisa memulainya ketika anak berusia 6 bulan. Tentunya kita tak memberi dongeng atau cerita yang utuh karena anak belum mengerti. Cukup yang sederhana saja. Misalnya, cerita tentang kelinci lalu tambahkan bahwa kelinci berwarna putih dan suka makan wortel mislnya.
Memilih cerita merupakan faktor penting yang mesti dipertimbangkan orangtua. Sebab, pemahaman anak berbeda-beda sesuai usianya. Carilah cerita yang kira-kira dapat dipahami anak dan cocok dengan kadar emosional serta pengalaman mereka.
Menilik begitu banyaknya manfaat yang didapat anak lewat dongeng atau cerita yang orang tua tuturkan, banyak pakar yang menyarankan agar para orangtua mau meluangkan waktu untuk bercerita atau mendongeng untuk anak. Tidak perlu harus selalu di malam hari. Siang atau sore pun, bisa. Tentu saja, pilih waktu yang tepat. Kalau dia baru bangun tidur lalu didongengi, ya, tentu saja tidak pas, karena, minat mendengarkannya pasti tidak ada. Berikut gambaran sederhana tentang usia anak.
Umur 0 Sampai 2 Tahun
Pada masa ini yang lebih berkembang dari anak adalah sensorik-motorik, dan tidak heran kalau pada masa ini tingkah laku dan pemikiran anak didasari pada sensorik motorik tersebut. Dan pilihan cerita yang cocok adalah cerita dengan obyek yang ada di sekitar lingkungan anak, karena pada usia ini anak memerlukan visualisasi dari apa yang orang tuanya atau sapa saja yang bercerita dengan mereka. Sebagai langkah awal orang tua bisa memilih sesuatu yang sudah ia kenal, misalnya, kita bisa mengarang cerita tentang dinding dan seekor cicak di rumah. Dengan demikian, anak makin mudah memahami cerita karena obyek yang ada dalam cerita, sangat akrab dengan kehidupan sehari-harinya.
Pada usia anak usia 0-2 tahun ini, pada umumnya anak belum bisa berfantasi dikarenakan keterbatasan bahasa mereka. Maka dari itu orang tua harusmampu berimajinasi lebih serius, kalau bisa mempraktekan suara cicak, harus persis dengan yang aslinya, kalau menceritakn kucing yang kesakitan, ya cobalah untuk “mengeong” sedramatis mungkin. Agar imajinasi anak bisa bisa berkembang dengan baik.
Jika orang tua memilih bercerita dengan bantuan seperti buku cerita atau buku bergambar, cari buku dengan sedikit teks, tapi banyak gambar. Ini agar anak tidak bosan. Anggaplah buku itu sebagai bagian dari mainan dan hiburan anak.
Umur 2 sampai 4 Tahun
Usia ini adalah usia pembentukan. Dan anak memiliki kesempatan yang banyak pada masa ini untuk mengenal dan mempelajari konsep-konsep baru. Di umur 2-4 tahun, anak sangat tertarik mempelajari konsep manusia dan konsep kehidupan. Dan pada usia ini mereka senang sekali menirukan tingkah laku orang dewasa. Hal ini bisa dilihat ketika anak lebih cenderung bermain peran-peranan seperti, dokter-dokteran, beerjualan di pasar dan lain-lain.
Dan orang tua juga bisa menceritakan tentang karakter-karakter binatang yang disesuaikan dengan keseharian anak. Ini bisa dilakukan karena anak sudah pandai berfantasi. Fantasi ini mencapai puncaknya saat mereka berusia 4 tahun. Begitu tingginya daya imajinasi anak pada usia ini, kadang ia tidak bisa membedakan antara kenyataan dan fantasi yang ia ciptakan sendiri. Itu pula sebabnya di usia ini anak lebih sering merasa takut pada kegelapan atau sesuatu yang menakutkan.
Umur 4 sampai 7 Tahun
Ketika anak beranjak keusia yang lebih matang seperti usia 4-7 tahun, anak sudah bisa diperkenalkan pada dongeng-dongeng yang lebih kompleks, seperti dongeng batu menangis. Mereka juga sudah mulai menyukai cerita-cerita tentang terjadinya suatu benda dan bagaimana cara kerja sesuatu. Inilah kesempatan orangtua untuk mendorong minat anak untuk mengetahui banyak hal.
Semasa anak anak duduk di bangku SD pun, dongeng masih efektif untuk diberikan. Makanya dari itu, banyak sekali sekolah-sekolah yang masihmempunyai pelajaran tentang cerita fiksi. Apa pun, salah satu fungsi dongeng adalah memberikan hiburan dan kesenangan bagi anak. Karena itulah hiburan perlu juga untuk perkembangan anak. Selain itu, dongeng juga meningkatkan apresiasi anak terhadap nilai-nilai sastra. Sebagai bahan cerita, sebenarnya orang tua tidak terlalu sulit, para orng tua bisa saja mengambil referensi tentang pengalaman semasa kecil, hal ini akan jauh lebih menarik perhatian anak sebagai cerita menjelang tidur atau di saat mereka sedang mereka. Anak-anak akan mendengar cerita tentang ayah atau ibu mereka waktu kecil, seperti saat sang ayah bermain bola kaki, layang-layangan atau cerita ibu yang sering menangis kalau ditinggal ayah dan lain sebagainya.
(sumber gambar: http://blog.realkidshades.com)
0 komentar:
Posting Komentar